Sehari Menjadi Profesor
Oleh : Drs. HARIYANTO
Mengajar di kampung terpencil, memerlukan seni tersendiri. Mengajar adalah seni, pendapat ahli ada benarnya karena di lapangan ternyata persoalan mendidik anak, mengajar siswa tidak semudah membalik telapak tangan. Inilah sepenggal pengalamanku ketika mengajar di SD Inpres Timika IX Kabupaten Mimika Papua tahun 2000 yang lalu. SD ku terletak di dataran rendah pegunungan Jayawijaya, karenanya aku sangat beruntung tidak bertugas di daerah sulit seperti pegunungan atau pantai bahkan menyeberang laut, ke pulau sebelah.
Persoalan klasik sekolah baru adalah kekurangan buku teks untuk siswa. Sekolah hanya mampu mendapatkan buku teks untuk pegangan guru, sehingga siswa harus belajar dengan mendengarkan saja. Peristiwa ini berlangsung cukup lama, Sehingga aku pun berinisiatip untuk mengajar IPA dengan caraku sendiri. Cara itu adalah memberikan konsep dasar tentang topik bahasan, atau sekarang istilahnya Kompetensi Dasar. Selanjutnya konsep itu diulang-ulang sampai siswa paham; setidaknya “lebih tahu” . Cara ini aku tulis dalam karya ilmiah dan aku ikutkan dalam ” Lomba Karya Tulis dan Profesionalitas Guru SD, SLTP, SLTA se Mimika.” pada tahun 2001 lalu.
Dua puluh guru akan bergilir satu persatu memasuki seksi presentasi, setelah wawancara dan penilaian karya tulis. Dengan hati berdebar aku memasuki ruangan siding karya tulis. Duduk enam juri dari pejabat dinas pendidikan, guru senior sampai dosen Uncen Papua. Wah , seperti seorang doctor yang sedang di uji Sang Profesor, bayanganku saat itu , Sungguh tanganku menjadi dingin ketika berhadapan dengan juri. OHP alat canggih saat itu kunyalakan. Keringat dingin mulai bercucuran. Aku membayangkan diriku akan dibabat habis oleh juri mengingat diriku sebagai guru SD sementara pesaingku dari guru SMP dan SMA.
Diluar dugaan ternyata dewan juri sangat ramah dan mendukung semua penjelasanku. Kepercayaan diriku meningkat. Para juri sesekali menanyakan keadaan dilapangan seperti apa. Intinya aku menjelaskan tentang karya tulisku berjudul Pembelajaran IPA Terpadu Antara Konsep dan Praktek. Aku menjelaskan pentingnya membelajarkan IPA dengan lebih dahulu mengenalkan konsep dan menguatkan dengan beberapa pengulangan, setelah itu langsung praktek, dilakukan di luar ruangan. Sebagai contoh topik ; Mengenal bentuk fisik makhluk hidup, maka prakteknya langsung ke luar ruangan yang disekitar sekolah. Cukup di sekitar sekolah itulah aku memberikan praktek sederhana, dengan mengumpulkan beberapa serangga, termasuk semut, belalang , kupu-kupu dan apa saja yang ditemukan lalu mengamatinya dan melukisnya atau menulisnya. Cara ini sangat menyenangkan bagi siswa. Pedomanku saat itu adalah siswa harus aktif….seperti apa yang kukenal dalam prinsip CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan metode PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif, Efektif Menyenangkan)
Alhamdulillah ternyata karya tulisku masuk dalam lima besar finalis, sekaligus aku terpilih sebagai juara II. Aku Ingat pemenang I adalah ibu Guru Drs. Ifah Wida Asikin dari SD YPJ Tembagapura dengan mengambil tema “ Penggunaan Kartu Bekas Pulsa untuk Pembelajaran Pantun.”
Sebagai penghargaan seluruh peserta lomba mendapat kesempatan tour ke lokasi tambang tembaga terbesar di Indonesia yaitu Gressberg di puncak gunung Jayawijaya dengan ketinggian sekitar 4000 meter dpl. Subhanallah, semuanya surprise dan merupakan hal pertama kali kutemui. Di Puncak Gunung itu ternyata berseliweran alat-alat berat seperti Truk Raksasa yang rodanya sebesar rumah, dan pabrik penggilingan bahan tambang jadi konsentrat yang akan dikirim melalui pipa ke pelabuhan Port Site untuk dieksport.
Kini setelah hampir 20 tahun berlalu, peristiwa itu kutuliskan disini untuk mengurai kembali, sebenarnya apa keunggulan dari karya tulisku sehingga mendapat penghargaan saat itu. Dengan pemberlakuan kurikulum 2013 maka aku semakin yakin bahwa ternyata apa yang kulakukan saat itu setidaknya 99 persen sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern saat ini. Kesimpulannya : Pendekatan belajar apa pun yang dipilih semua kembali kepada komitmen guru. Siapapun guru kalau sudah berkomitmen untuk memajukan siswanya pasti kelanjutannya akan kreartif, semangat dan selalu mencari jalan terbaik untuk pembelajarannya. Situasi apapun , medan apapun di depannya, pasti akan ditempuh untuk kemajuan siswa-siswinya.
Landasan filosofis Kurikulum 2013 kita selain sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, serta ajaran Ki Hajar Dewantara juga menganut paham modern dari luar seperti humanisme, progresivisme, esensialisme, rekonstruksionisme, dan perenilaisme. Filosofi humanisme memperhatikan pengembangan karakter seperti; kerjasama, toleransi, kerjakeras, integritas, disiplin, bermoral dan bertanggung jawab. Dari filosofi humanisme muncullah pendekatan seperti : kolaboratif, kooperatif, konstekstual, konstruktivisme, saintifik, , tematik terpadu, PAKEM, multiliterasi serta pendekatan lainnya seperti PBM, Discovery Learning.
Ada sedikitnya 3 hal yang sesuai kaidah dalam prinsip belajar Kurikulum 2013 telah aku lakukan 20 tahun lalu yaitu : (1) pembelajaran di luar kelas (outdoor learning), . (2) pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, dan (3) pengembangan literasi . Aku mengulang-ulang konsep dasar IPA dengan bahasa sederhana, lalu praktek langsung di luar ruangan. Belakangan dikenal dengan literasi bahasa.
Dengan banyaknya pendekatan belajar kurikulum 2013 banyak guru menganggap kurikulum 2013 sangat membingungkan. Untuk mengurangi kebingungan di lapangan maka sedikit tips dibawah ini semoga bisa bermanfaat. (1) Bacalah halaman demi halaman buku Guru dengan teliti (2) Pahami KD, (3) Upayakan mencakup KI 1 dan KI 2 dalam setiap pembelajaran dan terapkan dengan pembiasaan, keteladan, dan budaya sekolah. (4) Cocokkan kegiatan siswa sesuai dengan halaman bukunya. (5) kembangkan ide-ide kreatif dalam metode pembelajaran (6) Variasikan strategi mengajar seperti bermain peran, mengamati, bertanya, bercerita, bernyanyi, menggambar (7) Gunakan dan kembangkan metode PAKEM dll (8) Gunakan media atau sumber belajar alternative yang tersedia di lingkungan sekolah. Sesungguhnya tips ini tidak asing lagi, karena ada di setiap awal halaman “Buku Guru SD/MI” Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013.
Sayangnya para guru sering mengabaikan tips di atas, terutama point (4) cocokkan kegiatan siswa sesuai dengan halaman bukunya. Ini justeru langkah penting karena di dalam buku siswa ada urutan kegiatan saintifik; mulai dari ayo mengamati, ayo membaca, ayo berlatih, ayo berdiskusi, ayo mencoba , refleksi dan tugas kerjasama dengan orangtua. Jika ini dijalankan dengan konsekuen dan sungguh-sungguh, sesuai situasi dan kondisi maka akan terjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan baik guru maupun siswanya. Percayalah karena aku sudah membuktikannya.
Semoga bermanfaat. Karena hari ini aku merasa sudah menjadi profesor, membayangkan 20 tahun lalu sempat lolos diuji oleh Profesor.
Blitar, 28 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih paparan pengalaman kesuksesannya pak. Sangat menginspirasi.
terimakasih sama-sama bu
Mantap pak..sukses slalu..slm literasi
amin trmkasih
Terimakasih atas tanggapannya. Salam
Wow keren pak
terima kasih Bu
Keren
Mantap pak, semoga sukses selalu dengan karya nya.
Aamiin Terima kasih Bu
Mantab Pak. Sukses selalu.
Terima kasih Pak Edi, salam
Mantab,Pak. sukses selalu
Terima kasih Bu
Informasi bagus . Prinsipnya mengajar dengan hati dan sesuai dengan kondisi
Nggih Bu, terimakasih sudah berkunjung
Informasi bagus . Prinsipnya mengajar dengan hati dan sesuai dengan kondisi
Informasi bagus . Prinsipnya mengajar dengan hati dan sesuai dengan kondisi